Ekspor Biji Kopi Jateng Melorot

Ekspor biji kopi Jawa Tengah hingga akhir tahun 2012 ini diperkirakan hanya menyentuh 6.000 ton-6.500 ton atau merosot hingga 30%, menyusul kekhawatiran terhadap el nino yang memicu kemarau berkepanjangan hingga berimbas pada kegagalan panen.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jateng Moelyono Susilo mengungkapkan, berdasarkan data sejak Januari hingga Juli tahun ini volume biji kopi yang diekspor hanya 2.971 ton. Sepanjang tahun 2011, biji kopi yang dilempar ke luar negeri mencapai 11.056 ton dengan nilai ekspor sekitar 28,19 juta dolar AS.
''Jika September-Oktober ini nggak ada curah hujan yang cukup jelas berpengaruh pada ekspor tahun depan. Padahal ekspor tahun ini juga sudah merosot tajam,'' ujar Moelyono, Jumat (7/9).
Diperkirakan produksi Jateng hingga akhir tahun bisa mencapai 22 ribu ton. Daerah penghasil biji kopi di Jateng terbesar masih disuplai oleh Temanggung, disusul Wonosobo, Purbalingga, Kabupaten Semarang dan Pati.
Sebagian besar membudidayakan kopi jenis robusta, sementara Arabica lebih banyak di Wonosobo. Jateng mampu mengekspor komoditas ini  ke berbagai negara seperti terbesar di Jepang, AS dan Italia. Beberapa negara yang kini mulai jadi pasar yang cukup besar adalah China, Korea, Malaysia dan negara-negara di Timur Tengah serta Afrika.
''China juga produksi Arabica di daerah Hainan tapi tidak mencukupi untuk pasar di sana mengingat jumlah penduduknya saja lebih dari 1 miliar,'' paparnya.
Tren penurunan ekspor di Jateng ini, lanjut dia, sebenarnya juga dialami daerah penghasil kopi utama Indonesia yakni di Sumatra seperti dialami Lampung. Moelyono menjelaskan, tahun 2011-2011 terjadi penurunan sekitar 51% dari sebelumnya 240 ribu ton menjadi hanya sekitar 120 ribu ton saja.
Pencapaian ini merupakan yang terendah sejak tahun 2005 yang saat itu ekspornya hanya 150 ribu ton. ''Jika kemarau berkepanjangan, sudah pasti memperparah kondisi ekspornya,'' imbuhnya.

0 Response to "Ekspor Biji Kopi Jateng Melorot"